Kamis, Maret 20, 2008

Ruh Pejuang


RUH PEJUANG

Satu-satunya cara yang dapat membuat seseorang dapat tetap kuat dan cekatan secara mental dan fisik adalah iman. Ketakwaan kepada Allah di dalam hati seseorang membuatnya cekatan, waspada, dan kuat setiap saat. Allah mengaruniai orang-orang beriman kekuatan ini karena keimanan mereka kepada-Nya dan mengamalkan al-Quran, lagipula hasrat dan semangat orang-orang beriman dalam memperoleh keridhaan Allah memberikan kepada mereka kekuatan yang tak terbatas. Karena senantiasa mengingat fakta bahwa kehidupan di dunia ini adalah singkat saja dan kematian serta pengadilan adalah dekat, senantiasa menjadi sumber motivasi dan aktivitas mereka. Semangat mereka yang berkaitan dengan iman ini tidak memungkinkan adanya rasa putus asa dan kekecewaan serta memberikan energi yang segar untuk melakukan amal-amal kebajikan satu demi satu, siang dan malam.
Kalian adalah ruh dalam tubuh ummat ini. “Antum ruhul jadiid fii jasadil ummah”. Begitu Imam Hasan al-Banna mendefinisikan diri kalian. Ummat ini seperti raga. Hidup dan matinya umat tergantung kepada keberadaan ruh. Karakter ummat inipun tergantung pada ruh tersebut.
Wahai para pembaharu dakwah! Apakah kita tergolong generasi yang menyambut seruan itu? Apakah kita berani berkata “saya adalah bagian penyusun dari ruh itu”. Ruh yang membawa perubahan bagi ummat. Ruh yang didambakan kehadirannya oleh seluruh makhluk Allah di penjuru alam ini? Ruh yang menjadi tumpuan siang dan malam?
Maka, marilah berkaca wahai prajurit yang didambakan, yang dinantikan dan menanti kemenangan! Seperti apa wajah kita hari ini? Seperti apakah isi otak kita hari ini? Seperti apakah kata-kata yang keluar dari bibir kita hari ini? Seperti apakah isi hati kita hari ini? Kitakah yang wajahnya dipenuhi kebusukan, kepura-puraan lalu mengaku menjadi juru penyelamatan? Kitakah yang otaknya tidak lebih dari egoisme pribadi dan impian duniawi lalu menyangka diri telah menjadi pahlawan kebenaran? Kitakah yang bibirnya selalu memuji diri sendiri dan mengungkapkan cinta busuk kemudian menjelma menjadi penentu nasib ummat? Kitakah yang isi hati nuraninya dipenuhi manipulasi dan kecintaan semu lalu mengaku orang yang prihatin dengan nasib ummat? Berkacalah sekali lagi! Apakah kita memang pantas berjalan di jalan mulia dengan kondisi diri seperti ini. Tahukah kita bahwa ini adalah jalan para Nabi dan Rasul, manusia-manusia mulia yang pernah Alah SWT hadirkan di muka bumi? Ditangan merekalah kemenangan dan kejayaan Islam menjadi catatan sejarah yang tak terlupakan. Mereka generasi terbaik yang berhasil membangkitkan izzah ummat. Merekalah GENERASI HARAPAN. GENERASI RABBANI YANG IKHLAS Merekalah yang disiplin menjaga kestabilan ruhiyah, modal utama mereka berjuang. Orientasi mereka sangat jelas dan tegas, semuanya hanya untuk Allah saja. Sehingga hatinya pun dijaga Allah, yang ada hanyalah bisikan kebenaran, Allah membuat hati mereka mampu menfilter antara yang haq dan yang bathil. Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan Semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku, dan aku adalah seorang muslim (QS. 6:162-163) Janji inilah yang selalu diingatnya sepanjang hari, disetiap denyut dan hembusan nafasnya. Mereka selalu menjaga agar jangan sampai ada satu hirupan nafas pun yang dipergunakan kepada selain Allah ‘azza wa jalla.
Sesungguhnya orang-orang mukmin hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka demi membela agama Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. al-Hujurat: 15). Penjelasan ini menunjukkan bahwa semangat orang-orang beriman bersemayam dalam hati. Hal ini disebabkan karena perjuangan untuk mendukung nilai-nilai mereka berlangsung seumur hidup dan hanya ditopang dengan semangat yang bersumber pada keimanan. Kegigihan orang-orang beriman dalam usaha mereka yang terus menerus juga dinyatakan oleh Nabi Muhammad saw: Perbuatan yang paling dicintai Allah adalah perbuatan yang dilakukan dengan istiqamah. (HR. Bukhari).
Mari sama-sama kita memperbaiki diri…
Wallahu a’lam bishowab…
“Dan jika kamu telah berazzam maka bertawakal-lah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal”(QS.Ali Imran:159) Semoga kita semua selalu bersemangat memperbaiki diri, mengamalkan sunnah, demi kemenangan dakwah kita. Allahu Akbar!

…dari berbagai sumber…
Hidayat Nasution ( Sekum KAMMI Daerah Jambi )

0 komentar: