BE THE BEST, NOT BE ASA
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Ali Imran : 110)
Pada dasarnya kita dilahirkan didunia dengan keseragaman bekal, baik fikiran, jiwa (hati), jasadiyah dan tentunya yang paling penting adalah amanah. Amanah sebagai khalifah dimuka bumi, sebagai penyeru da’wah Islam (al haq). Amanah untuk membangun peradaban dengan Islam sebagai literatur dan solusinya. Ternyata amanah ini tidak semua makhluk yang sanggup untuk menjalankannnya. Karena mereka semua tahu beratnya beban yang akan dipikul, besarnya energi yang harus dikeluarkan dan kesabaran yang luar biasa untuk menjalankannya. Mereka tahu dan paham betul kondisinya, sehingga mereka menolak untuk menerimanya. Adalah manusia yang sanggup untuk menerima dan menjalankan amanah yang besar itu, dengan karakter fitrahnya, dzhalim lagi jahil (bodoh).
Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (QS. Al-Ahzab:72)
Bukan tanpa alasan ALLAH SWT memberikan kepercayaan yang besar itu kepada manusia. Dengan bekal nafsu yang disertai dengan ruh (jiwa) dan akal fikiran, manusia dilahirkan dan dipercaya oleh ALLAH SWT untuk mengembannya.
Segala potensi yang ALLAH berikan kepada kita, ternyata tidak semua orang mampu untuk mengenal, mengasah dan mengoptimalkannya. Karena ALLAH SWT telah memberikan kebebasan kepada kita semua, ALLAH SWT memberikan pilihan-pilihan kepada kita untuk menentukan arah tujuan hidup kita, ALLAH SWT memberikan kebebasan, maukah atau kapankah kita akan mengenal diri kita sendiri, dengan akal fikiran sebagai bekalnya. Ternyata, (kebanyakan kita) bekal yang seharusnya menjadi kekuatan secara perlahan terkubur bersama kelalaian dan kemalasan yang sering menghinggapi aktivitas kita. Setiap kita memiliki keinginan untuk bangkit, setiap kali itu juga kita merasa tidak mampu, karena ternyata kita (secara sadar ataupun tidak) telah ter-shibgah oleh lingkungan yang lebih dominan membentuk karakter dan kepribadian kita. Sehingga banyak diantara kita menjadi orang fasik, padahal ia adalah ahli kitab (QS. Ali Imran : 110).
Ada beberapa langkah yang dapat membantu kita untuk mengenal dan mengoptimalkan potensi yang ada, namun masih tersimpan, sehingga kita menjadi orang yang bermanfaat bukan yang dimanfaatkan, menjadi sumber inspirasi dan bukan hanya ikut berpartisipasi.
1. Pahami dan Kenali diri. (who I am ?)
Sejenak, kita berfikir dan menjawab pertanyaan ini dengan jujur, pertanyaan mendasar yang layak untuk kita tanyakan kepada diri kita sendiri, pertanyaan sederhana; darimana saya?, hendak kemana saya? dan akan kemana saya (setelah mati)?.
Pertanyaan mendasar yang ternyata tidak semua orang dapat menjawabnya dengan baik dan benar, atau ada juga yang (merasa) bingung ketika pertanyaan ini disampaikan, karena memang kita tidak mengetahui arah dan tujuan hidup sebenarnya.
Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS. As-sajadah:7-9)
Kekuatan untuk mengenal diri adalah point penting, adalah Rasulullah saw (sebelum menjadi Rasul) sering melakukan penyendirian, membentangkan jarak pemikiran antara beliau dan kaumnya, mengasingkan diri ke gua Hira hanya dengan bekal roti dan air, yang jaraknya ± 2mil dari Mekkah. Bukan tanpa sebab beliau melakukan penyendirian. Tujuannya, mengenal diri sendiri dengan baik dan benar, mengetahui siapa sebenarnya saya. Mencoba memahami apa keinginan / orientasi hidup kedepan. Beliau menghabiskan waktunya untuk beribadah, bertafakkur tentang hakikat penciptaan. Mempersiapkan bekal untuk hidup yang akan datang.
Pilihan beliau untuk mengasingkan diri termasuk skenario ALLAH SWT atas diri beliau. Menyiapkan mental, jiwa dan fikiran sebelum menjadi orang pilihan, nabi dan rasul. Menjadikan Rasulullah saw sebagai orang yang siap mengemban amanah da’wah yang mulia ini, Dan sebelum itu semua dimulai, Rasulullah saw lebih memilih dan mulai menyukai untuk terus menyendiri, berkhalwat dengan ALLAH SWT secara istimroryah (berkelanjutan). Demikianlah ALLAH SWT mengatur dan mempersiapkan kehidupan Rasulullah saw, untuk mengemban amanah yang besar, merubah wajah dunia dan meluruskan garis sejarah. ALLAH SWT mengatur penyendirian selama tiga tahun untuk seorang kekasih-Nya, Muhammad saw.
Kekuatan kita yang paling utama adalah mengenal siapa kita sebenarnya, sehingga dalam perjalanannya kita bisa memilah dan memilih yang terbaik untuk diri kita. Pahami dan kenali, dari mana asal kita. Kekuatan untuk mengenal diri sendiri sangatlah sulit. Membutuhkan waktu khusus untuk menyendiri, perenungan panjang dan serius serta continue. Apabila perlu, gunakan alat tulis sebagai media untuk mendata, siapa kita?
2. Belajar! Kapanpun Dimanapun
3. Kembangkan Potensi Diri
4.Tingkatkan Potensi Diri
Harfinalta Asri ( Co. BUMK KAMMI Daerah Jambi)